MY
20th BIRHTDAY STORIES
Hari ini aku akan bercerita banyak
dengan kalian, semuanya. Namun Pada intinya sekarang aku bingung harus memulai
tulisan ini atau tidak, dari mana, dan dengan kata apa. karena memang
sebenarnya aku sedang penasaran, apa mungkin ada kejutan lain setelah ini.
Kupikir dan kuharap tidak ada lagi. Sampai pada ujungnya setelah nge es
shanghai bersama yang cukup lama di kantin mas nugi sepakat 2, aku memberanikan
diri untuk menulis rentetan kebahagiaan dan kejutan yang kualami di usiaku yang
memasuki kepala dua ini, tua ya!!!.
***
Saudaraku, kuanggap kalian adalah
peri – peri tak bersayap yang selama ini terjaga untuk mendoakanku. kalian
adalah anugerah sistemik yang akan selalu mengawal jalannya hidupku. kalian ada
disekelilingku, dan membuat aku merasa bahwa aku tidak pernah menjadi manusia
nol. Meskipun terkadang aku menjadi pribadi positif satu, atau bahkan negatif
satu bagi kalian. Saudaraku, tujuh maret, dua puluh tahun yang lalu lahir
seorang bayi kecil yang dengan tangisannya membuat dua orang manusia tersenyum,
dialah aku dan dua orang itu ayah dan ibuku. Aku yang sempat membuat ulah saat
akan mendiami sembilan bulan rahim ibuku, aku yang di tiga bulan pertama
membuat ibuku nyaris tidak bisa makan, aku yang menjadi titipan pertama bagi
mereka, kedua orangtuaku. lahir dengan selamat dan membuat banyak anggota
keluarga ayah dan ibuku tersenyum. Tapi sekarang, anak bayi yang kemarin sempat
terkena penyakit kejang – kejang dan terindikasi menderita penyakit kuning itu,
nyatanya tetap saja bertahan. Dan menjadi seorang mahasiswa yang sekarang
dititipkan dikota khatulistiwa, pontianak.
Tujuh maret 2012, aku menganggap
bahwa hari itu adalah hari yang biasa – biasa saja. Aku hanya mengingat bahwa
hari ini, secara masehi diriku ditetapkan berusia dua puluh tahun. Sebuah angka
yang tidak remaja lagi menurutku. Ucapan selamat ulang tahun aku terima pertama
kali via facebook, kemudian saat bangun tidur teman satu kontrakanku, evi yang
mengucapkan, kemudian disusul oleh sms, inbox, wall, komentar facebook, dan
ucapan secara langsung yang tidak bisa kuingat lagi siapa yang mendoakanku,
baik secara langsung maupun tidak. Tujuh maret pula yang membuat aku tidak
merasa begitu spesial dimata orang tuaku, mungkin ini terlalu spekulataif atau
subjektif. Kuceritakan pada kalian, bahwa tradisi mengucapkan selamat ulang
tahun bukanlah milik keluargaku, bukan milik ayahku, bukan juga milik ibuku.
Ulang tahun atau sekedar mengucapkan selamat sepertinya adalah hal yang tabuh
bagi keluargaku ini, buktinya, sampai ulang tahun kedua puluh ini, mereka tak
pernah sekalipun mengucapkan kalimat “selamat ulang tahun, long!” padaku. Tapi
aku tak pernah berkecil hati, kebahagian yang kalian berikan padaku sudah
sangat jauh dari kata cukup, kalian para peri – peri tak bersayapku, teman –
teman hidup yang mempunyai doa – doa terbaik untukku, kalian adalah orang yang
tak pernah kuduga bisa berbuat senekat ini untuk makhluk lemah sepertiku. Aku
bukan siapa – siapa, namun perhatian kalianlah yang membuat aku menjadi apa –
apa.
Sangat tidak berlebihan menurutku
seorang trisna, evi, kak mei, cu ev, membuat aku nyaris muntah gara – gara
ritual anak muda dalam memeriahkan ulang tahun temannya. Apalagi kalau bukan
memcahkan telor kekepala kemudian disambut dengan siraman tepung yang akhirnya
membuat adonan disekujur tubuhku. Ini adalah prosesi yang tak kalah sakralnya
dibanding ijab kabul, dan yang aku takjubkan adalah ketika ibu kontrakan trisna
ternyata memberi dukungan dengan menyiramkan air hujan padaku dan mereka –
mereka yang mengerjaiku. Kuingat tanggal itu adalah pada delapan maret 2012,
aku baru saja berkata bahwa sudah tiga tahun belakangan dikerjai dengan pecah
telur dan siram tepung, aku berharap tahun ini tidak ada lagi. Aku sangat
yakin, karena hingga sampai tanggal delapan ini, aku masih selamat. Dan
ternyata, tak kurang dari sepuluh menit saja lelehan putuh telur yang amisnya
nggak ketulungan itu menyerang kepalaku. Memang kalian adalah orang – orang
yang luar biasa. Tak sampai disitu, setelah prosesi itu berakhir dan kita semua
bersih, ternyata ada satu kejutan lagi dari mereka yang mengerjaiku dengan
telur itu, menyiapkan roti tawar yang seolah menyerupai kue ulang tahun. konyol memang, tapi memberi kesan yang begitu
dalam bagiku. Sebenarnya ada dua pandangan yang berbeda dariku, pertama mereka
memilih roti tawar karena memang waktunya mepet, atau yang kedua, karena memang
mereka pelit mengeluarkan uang, hhh, just
kidding friends, peace. Aku berpikir rentetan tanggal delapan itu adalah
kegiatan terakhir dari rangkaian perayaan ulang tahunku yang kedua puluh.
Sampai aku bisa tidur dan bernafas lega di keesokan harinya.
Saudaraku, tidakkah aku melupakan
sesuatu? Iya, ditanggal tujuh, aku mendapatkan sebuah lagu selamat ulang tahun
dari adik tingkatku yang luar biasa, aku berniat membayar pulsa dengan desi.
Eh, lagu selamat ulang tahun yang aku dapatkan. kaget, terharu, sedih, ingat
ortu, nyampur semuanya jadi satu. Kalau kalian lihat ekspresiku kemarin, mungkin
seperti orang mati kutu!. Diam tak tahu mau ngapain. Sambil melanjutkan
transaksi bayar pulsa sebagian dari mereka menyalamiku. Yah, Adik – adik yang
baik, terimakasih banyak. Tujuh maret juga menjadi puncak penerimaan notif
terbanyak dalam sejarah ulang tahunku, tak kurang dari 200 pemberitahuan
memberitakan tentang ucapan selamat ulang tahun padaku. Pada hari itu aku
sadar, bahwa tak selamanya orang yang tak kita kenal itu akan cuek dengan kita,
buktinya, teman facebook yang tidak kukenal, banyak sekali yang mengirim ucapan
selamat. Mulai dari HBD, met ultah, met milad, selamat ultah, dan sebagai sejenisnya
aku terima. Rasa syukurku tiada tara atas Allah yang memberikan kebahagiaan
kepadaku.
Baik itu tanggal delapan, sembilan,
hingga sepuluh, ternyata masih ada yang mengirim ucapan selamat, termasuk bang
isak qodari, mantan presiden mahasiswa FKIP, yang secara langsung memberikan
ucapan selamat ditanggal delapan, dan sebagian teman lainnya yang mengucapkan
ditanggal sembilan. Tanggal sepuluh kemudian kulalui dengan semangat baru,
spirit yang membuatku melangkah jauh lebih optimis dibanding tahun lalu. aku
semakin berusaha menghargai yang namanya pergaulan, dan menyadari bahwa punya
teman itu memang tak harus selalu bersama, tapi saling mengikat dan punya sense of friendship yang sama, cie elah.
Hari ini ada sosialisasi metode penelitian dan aku menjadi perwakilan program
studi, singkat cerita aku pulang sore dan begitu lelahnya. Datang kerumah
ternyata sudah ada tamu, dia adalah selvi dan lara, temanku satu kampung yang
juga merantau dikota khatulistiwa ini, mereka datang dengan dalih mau pinjam buku. Sepulang
mereka dari pinjam buku, ternyata buku yang dipinjam ketinggalan. Aku yang
sudah sangat rapi dan wangi serta siap – siap keluar rumah dan rencana nya mau
pergi ke hot spot, menghilangkan suntuk dimalam minggu. mendapat kejutan lagi
dari dua orang itu. Plok! Satu buah telur mendarat begitu saja dikepalaku saat
sedang asik nonton televisi, alhasil, pecahan isi telur harus tumpah kemana –
mana diruang tengah kontrakanku. Oh tidak, ini bencana, aku langung keluar
rumah untuk mengejar mereka dan ternyata serbuan tepung langsung menyambarku,
memang mereka luar biasa. Aku langsung mengambil kendali dengan merampas tepung itu dan menyiramkannya
pada mereka berdua, hingga akhirnya semuanya harus putih oleh tepung kanji yang
lengket itu. Dan tahukah kau kawan, ibu kontrakan trisna lagi – lagi turun
tangan untuk menyirami kami dengan air dan membuat tubuh ini makin lengket dan
sangat tidak nyaman, tapi semua kunikmati. Sekali lagi ada peri tak bersayap
yang ternyata begitu menaruh perhatian padaku.
Saudaraku, tak ada kebahagian yang
paling klimaks bagi seorang pendaki gunung melainkan ia tiba dipuncak dengan
nafas yang masih begitu berat, begitupun bagi seorang perenang, kebahagian
terbesarnya adalah ketika mereka menemui garis finish dari target renangnya.
Dan tahukah kalian kawan, puncak kebahagianku kali ini adalah pada hari ini, 13
maret 2012, bukan oleh ibuku, bukan oleh ayahku, atau adik kandungku yang hanya
mengirimiku ucapan selamat via facebook. Tapi oleh kalian, teman – teman satu
perjuangan pendidikan sosiologi 2010, teman satu perjuangan yang dengan seleksi
alam kian bertahan dan tangguh untuk meraih gelar sarjana pendidikan dan
kembali pada pengabdiannya masing – masing kelak. Jika aku bicara laskar
pelangi, maka kita bukanlah itu, karena mereka hanya bersepeluh, tidak juga
negeri lima menara yang malah kurang dari laskar pelangi. Tapi kita adalah
pendsos 2010, orang yang hari ini membawakan aku setumpuk kue ulang tahun
lengkap dengan lilinnya, dan sekali lagi, itu asing bagiku. Kalian adalah orang
– orang yang membuat pikiranku dan pandanganku selalu berubah – ubah tentang
kalin, seperti sekarang, kalian menjelma bagai peri tak bersayap yang dengan
kuas ajaiibnya bisa membuat hatiku yang sepi menjadi berbunga dan merekah. Ya,
bayang kekesalan karena tidak mendapatkan ucapan dari kedua orang tuaku sampai
saat ini masih menyelimuti hatiku, tapi kalian membayar semuanya. Tahukah
kalian kawan, aku yakin bahwasanya ayah dan ibuku, disela doa setelah
sholatnya, dan setiap usaha mencari uangnya, pasti terselip namaku dan
pengharapan terbesarnya padaku. Aku yakin mereka mendoakanku tak harus saat
tujuh maret saja, tapi setiap hari. Dan itu pasti terjadi bagi kita semua.
Saudaraku, kalian membuatku speechless dan tak tahu harus berkata apa, selain
terimakasih!. Kalian adalah anugerah yang harus kusyukuri. Kalian telah
memberikan warna yang begitu cerah bagi hariku. Silakan anggap semua ini
berlebihan jika kalian mau, tapi percayalah, selain terimakasih, inilah yang
bisa kupersembahkan, untukmu anak – anak haus sarjana yang pasti tercapai. Dan
kita pasti mendapatkannya.
***
Bahwasanya akan kau
temui
Mereka yang
tersembunyi
Dibalik tirai
Dan kegugupan
Mereka sangat dekat,
dekat sekali
Tak harus bisa kau
pegang
Tak harus bisa kau
ajak bicara
Tak harus bisa kau
ajak bercanda
Tapi dia telah
mengikat hatimu
Saat tanpa sadar
semua berkata
Dia bagian dariku
Saudaraku
Tataplah, pandanglah
mata mereka
Bahwa kita adalah
satu
Bahwa kita adalah
perjuangan itu
Jangan tinggalkan aku
Tanpamu
Seiring malam yang merenda gelap,
dan gaung – gaungan shalawat menjelang isya memanggilku untuk berkelana
menghadap Tuhan. Kuakhiri testimoni tanpa indah tanda baca ini dengan mengajakmu
memainkan peran otak kita. Sejatinya keseringtemuan kita bukanlah akar yang
membuat kita terikat, melainkan bibirmu yang selalu tersenyum dan matamu yang
selalu berbinarlah yang menjadi pelipur lara. Mari menjadi yang terbaik bagi
sesama, tak akan ada kesempurnaan yang bisa dirasakan ketika kau berdiam diri,
dalam sepi. Mari mengagungkan Tuhan, karenaNYA, kita bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar