Minggu, 13 Mei 2012

KELINGKINGMU

Malam merenda sunyi
terpukau dalam kidung temaram
senyap, membasuh debu pipi tirusku

tak ada pundak untuk kuadu
semua telah terjala merana
menyatu bak gumpalan noktah laguku
menyanyi dalam sendu dan decak haru

atau lagu itu mengajakku bermesraan dengan kerinduan tak berujung
rindu, saat seharusnya kuraih jari kelingkingmu, atau paling tidak bercengkrama dengan binar matamu

kamu, usia tidaklah menunjukkan apa - apa, aku masih saja merengek - rengek dengan Tuhan untuk menemuimu,,
aku tetap saja bagai penanti mainan, atau apapun itu hingga kadang suaraku menjadi parau dan butir airmataku tinggallah perih,,
bagai nostalgia dan kisah klasik akannya, semoga aku bukan peminta - minta yang ditemui dalam iba,

kamu, aku mengenalmu bukan karena kehadiranmu yang baru,
aku menemukan dia disinar matamu, dia yang selalu kurindukan dalm tiap sajak tulisanku, dia yang pernah membuatku takut akan perpisahan dan akhirnya terjadi, bolehkah kupegang pipimu? Kuusap ia dan kuraih pundakmu? Sekali saja.
Sayang kau bukan dia, kau boleh menolaknya,

merindukanmu, adalah memasukkan duri kedalam nadi, menabur garam diatas luka, perih,,
merindukanmu, bagaikan doa seorang kafilah yang mengharap gurun kan berakhir, menanti oase dan daun hijau, risau,,
merindukanmu, bagai menantikan tibanya kiamat, menakutkan,,

kau tak akan tahu berapa luka yang sudah kau toreh untuk penanti ini, kau juga tak pernah tahu berapa sakit jiwa sang pengembara ini, kau juga tak akan pernah tahu betapa aku merindukanmu.
Anggaplah ini berlebihan,
kidung jari kelingking berakhir sudah
atasnama yang sangat payah
dalam ruang tak terarah
dalam gundah
entah

SRS, 20032012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar